#2. Bab 36. Persiapan Menjadi Investor Reksa Dana 2017

Tahun 2017 ini diperkirakan akan menjadi tahun yang penuh dengan tantangan mengingat situasi ekonomi dan politik global cukup fluktuatif dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. Di sisi lain, tingkat inflasi bisa lebih tinggi dibandingkan 2016. Apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menjadi investor reksa dana pada tahun ini?

Sebelum membahas lebih jauh, sebagai referensi berikut adalah tingkat pengembalian investasi reksa dana pada tahun 2016

  • Rata-rata reksa dana pasar uang 4,63 persen
  • Rata-rata reksa dana pendapatan tetap 8,02 persen
  • Rata-rata reksa dana campuran 9,29 persen
  • Rata-rata reksa dana saham 7,7 persen

Hasil di atas memang bisa disebut sebagai suatu anomali atau keanehan karena meski IHSG membukukan tingkat pengembalian 15,32 persen, tingkat pengembalian dari rata-rata reksa dana saham kurang dari setengahnya. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas dari reksa dana saham tidak mampu mengalahkan IHSG di tahun 2017 ini.

Tingkat pengembalian reksa dana yang risikonya lebih moderat dan konservatif seperti reksa dana campuran dan reksa dana pendapatan tetap justru lebih tinggi dari reksa dana saham dimana masing-masing sebesar 9,29 persen dan 8,02 persen.

Kinerja ini didorong dengan turunnya BI Rate pada tahun ini dan tingkat inflasi yang terkendali. Kedua faktor tersebut membuat harga obligasi yang menjadi portofolio reksa dana pendapatan tetap dan campuran mengalami kenaikan.

Kinerja reksa dana saham yang tidak lebih baik dibandingkan reksa dana campuran dan pendapatan tetap ini menunjukkan dalam berinvestasi investor bisa mempertimbangkan diversifikasi ke beberapa jenis reksa dana sekaligus. Tidak hanya berfokus pada jenis reksa dana saham saja.

Untuk reksa dana pasar uang sendiri pada tahun 2016 membukukan kinerja 4,63 persen. Hal ini sesuai dengan pengelolaannya yang berfokus pada instrumen sangat konservatif seperti deposito dan obligasi yang jatuh temponya di bawah 1 tahun. Risiko fluktuasi harga tetap ada meskipun sangat kecil.

Mengacu pada hasil investasi di atas sedikit banyak bisa memberikan gambaran kepada investor dan calon investor reksa dana bahwa kegiatan investasi memang tidak memberikan jaminan kenaikan yang pasti serta mengandung risiko fluktuasi harga. Risiko fluktuasi ini dapat disebabkan karena kondisi di dalam negeri maupun faktor yang berasal dari luar negeri.

Risiko yang berdampak terhadap investasi ini tidak hanya berasal dari aspek ekonomi saja seperti data laporan keuangan, tingkat pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga dan indikator makro ekonomi lainnya, akan tetapi terdapat juga dari aspek politik seperti Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah.

Dari pengalaman tahun ini, dampak dari risiko bisa sangat cepat. Sebagai contoh, terpilihnya calon Presiden yang sebelumnya tidak diunggulkan menyebabkan penurunan yang signifikan, namun tidak lama kemudian bisa kembali naik dengan cepat. Hal ini masih sangat mungkin untuk kembali terulang pada tahun 2017 mendatang dan merupakan bagian dari risiko investasi.

Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, maka baik sebagai investor ataupun calon investor reksa dana, beberapa persiapan yang harus dilakukan antara lain :

Menyiapkan dana darurat
Dana darurat tidak hanya digunakan pada saat darurat saja. Terkadang, penurunan yang dalam pada bursa saham bisa dijadikan sebagai kesempatan untuk membeli di harga yang rendah.

Dengan memiliki dana darurat yang memadai, terkadang juga memberikan rasa nyaman bagi investor karena tidak seluruh dananya digunakan untuk investasi. Hal ini sangat penting terutama pada saat kondisi pasar sedang mengalami gejolak atau penurunan.

Investor juga tidak akan terjebak pada posisi harus mencairkan reksa dana pada saat kondisi pasar sedang kurang bagus karena bisa menggunakan dana darurat. Idealnya dana darurat adalah minimal 3-6 bulan untuk lajang dan 6-12 bulan untuk yang telah berkeluarga.

Dana darurat dapat dipersiapkan di aset yang likuid seperti uang tunai, tabungan, emas dan reksa dana pasar uang.

Menyiapkan rencana dan strategi investasi
Dalam menghadapi situasi pasar yang bergejolak, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain :

  • Strategi Investasi Berkala dengan melakukan pembelian reksa dana secara reguler atau dikenal dengan istilah autodebet
  • Strategi Aset Alokasi dengan membagi investasi ke dalam beberapa jenis reksa dana sekaligus untuk meminimalkan risiko
  • Strategi Market Timing dengan melakukan pembelian dan penjualan pada waktu tertentu untuk memaksimalkan keuntungan

Dari ketiga strategi di atas, strategi investasi berkala cocok untuk investor atau calon investor dari kalangan pekerja yang memiliki pendapatan bulanan. Dengan berinvestasi secara reguler setiap bulan, ketika harga sedang turun investor mendapatkan harga yang relatif murah.

Strategi aset alokasi dan strategi market timing lebih cocok untuk investor atau calon investor yang masuk kalangan High Net Worth Individual atau paling tidak dengan nilai investasi minimal Rp 100 juta.

Untuk strategi aset alokasi, pada dasarnya investor membeli beberapa jenis reksa dana sekaligus dan melakukan evaluasi serta rebalancing secara berkala. Kegiatan rebalancing bermanfaat agar ketika pasar naik, keuntungan dipindahkan ke reksa dana yang lebih konservatif dan ketika pasar sedang turun, dilakukan penambahan untuk reksa dana yang agresif.

Untuk strategi market timing, pada dasarnya sangat membutuhkan keahlian dalam membaca kondisi pasar. Cara ini tidak disarankan untuk investor pemula atau yang tidak memiliki pengetahuan dan informasi pasar. Dibutuhkan juga mentalitas dan disiplin untuk berani mengambil risiko dan melakukan cut loss jika memang diperlukan.

Memahami Risiko Investasi
Pada akhirnya seberapa besarpun dana darurat yang dimiliki dan seberapa rincinya rencana dan strategi investasi, perlu dipahami bahwa reksa dana adalah instrumen investasi yang memiliki risiko.

Dalam Bahasa yang lebih sederhana, dari dana yang diinvestasi tidak ada jaminan pasti akan untung dan bisa saja mengalami kerugian. Besaran potensi kerugian juga beragam, mulai beberapa persen untuk reksa dana yang konservatif hingga puluhan untuk reksa dana yang agresif.

Dengan berinvestasi pada reksa dana bukan berarti investor mau rugi, tapi setidaknya sudah siap apabila terjadi kerugian dalam jangka waktu pendek. Kesiapan untuk menghadapi kerugian baru akan terlihat dari reaksi investor ketika kerugian sudah terjadi.

Untuk itu, bagi yang merasa belum memahami akan risiko investasi, disarankan bisa memulai dengan menggunakan 10-20 persen dari dana rencana investasi terlebih dahulu selama beberapa waktu. Setelah merasakan risiko, memahami cara kerja dan merasa nyaman dengan investasi reksa dana, baru selanjutnya menggunakan keseluruhan dari dana rencana investasi.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat bagi anda untuk memulai investasi reksa dana.

Bab 36 Persiapan Investor Reksa Dana 2017